Kenikmatan menjalani hidup dari bangun tidur hingga tidur lagi? Keadaan yang aman damai, harta benda, anak cucu, ilmu, makanan yang banyak dan nikmat, kesehatan umur dan segala kesenangan lainnya.
Pernahkah kita berpikir tentang saudara Muslim kita di daerah konflik, jangankan makan dan sekolah yang nyaman, ibadah saja mereka dalam keadaan tidak aman, demi aqidah Islam mereka beribadah diantara peluru yang lalu lalang dan suara dentuman bom yang suatu saat bisa saja menghantam mereka.
Mari kita renungkan… Mari kita pikirkan…
Apakah kenikmatan yang kita dapat ini, karena kita jauh lebih taat kepada Allah daripada mereka?
Apakah kenikmatan yang kita nikmati ini karena kita karena ibadah kita jauh lebih hebat dari pada mereka?
Ternyata bukan, belum tentu level keimanan kita lebih tinggi dari mereka, belum tentu ilmu Islam kita lebih baik dari mereka, belum tentu juga kualitas ibadah kita lebih baik dari mereka!
Ini adalah ujian dari Allah SWT bagi manusia. Untuk menyeleksi kita. Seberapa manusia kah kita? Karena manusia adalah “hayawanun natik” hewan yang dapat berbicara. Yang membedakan manusia dengan hewan ada lah kewajiban yang harus dilaksanakan kepada Allah, yaitu ibadah. Jika manusia tidak beribadah (menjalankan kewajibannya) apa bedanya kita dengan binatang?
Diantara manusia sendiri terdapat tingkatan kemuliaan berdasarkan nafsunya. Kita bisa menilai diri kita sendiri, berada di level mana kita, dan kita bisa membuat target sendiri, ingin mencapai level mana kita, tentu target itu ada konsekuensinya, konsekuensi keimanan.
Golongan manusia yang pertama adalah manusia dengan nafsu amaroh, yaitu manusia yang menjalankan kewajibannya kepada Allah, tetapi masih melakukan dosa. Inilah serendah-rendahnya level manusia.
Golongan manusia kedua adalah manusia dengan nafsu lawwamah, yaitu manusia yang menjalankan kewajibannya kepada Allah juga sudah meninggalkan dosa-dosa dzohir (fisik), tetapi masih melakukan dosa hati seperti iri, dengki dan lain-lain.
Golongan ketiga adalah manusia dengan nafsu mulhammah, yaitu manusia yang menjalankan kewajibannya kepada Allah juga sudah meninggalkan dosa dzohir dan juga dosa hati, tetapi masih ada sedikit dosa hati seperti riya dan lain-lain.
Golongan keempat adalah manusia dengan nafsu muthmainnah, yaitu manusia yang mempunyai ketenanga jiwa, karena sudah dekat kepada Allah sedangkan urusan dunia walaupun tetap harus dijalankan dengan serius, tetapi tidak menjadi prioritas lagi jika dibandingkan dengan urusan akhirat. Dan golongan nafsu ini lah titik aman, seminim-minimnya Muslim harus berada. Karena mulai dari golongan ini lah Muslim yang masuk surga, ketiga golongan dibawahnya (sebelumnya) itu tempatnya di neraka. Wallahu’alam.
Ada tiga golongan lagi di atas level muthmainnah yaitu rhodiyah, mardiyah dan kamilah, jiwa yang tenang, tawakkal dan ridho atas segala ketetapan Allah, juga tidak berduka, sedih dan cemas atas urusan dunia. Manusia yang termasuk golongan mardiyah adalah para Sahabat sedangkan golongan kamilah adalah golongan para Nabi dan Rasul Allah SWT.